LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN USAHATANI
“ANALISA USAHATANI PADI SAWAH”
Oleh
RIZKI KURNIAWAN
1310221032
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah- Nya bagi kami melalui
ilmu-Nya Yang Maha Luas dan Tak Terkira sehingga saya bisa menyelesaikan Laporan
Praktikum Lapangan Manajemen Usahatani ini .Shalawat serta salam saya tujukan
kepada suri tauladan kitaNabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang sama – sama kita rasakan saat ini.
Adapun tujuan penulisan laporan akhir
ini adalah untuk melengkap itugas akhir dari pratikum MUT dan juga dapat dijadikan
sebagai penambah pengetahuan bagi pembaca dan penulis sendiri.
Laporan ini disusun berdasar kanapa
yang diamati dilapangan berdasarkan teori-teori yang didapatkan dalamper kuliahan.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis tentunya mengalami kesulitan. Namun,
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya laporan ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu. Dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih kepada dosen
penanggungj awab, petani responden serta teman-teman yang telah bekerja sama dalam
pelaksanaan praktikum
Tak ada
gading yang tak retak. Saya mohon maaf
apabila penulisan dalam laporan ini terdapat kesalahan. Penulis menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masih memerlukan evaluasi
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang postif dan membangun agar laporan ini menjadi lebih baik dan berguna
di masa yang akan datang.
Padang, 27 November
2014
PENULIS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi merupakan bahan makanan yang
menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian
besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya,
namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak
dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi adalah salah satu bahan
makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab
didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu
padi disebut juga makanan energi.
Menurut Collin Clark Papanek,
nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang
apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak
0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat,
protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung
beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan
lain sebagainya.
B. Tujuan
Ø
Mendeskripsikan budidaya padi sawah
Ø
Menghitung pendapatan dan keuntungan
II. TINJAUN PUSTAKA
A. Budidaya Tanaman Padi
Padi termasuk genus Oryza L yang
meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub
tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan
Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L
berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii
Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.
Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara
Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya
tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang,
akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah
yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah
tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.
Klasifikasi Tanaman Padi
·
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
·
Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
·
Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
·
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
·
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
·
Sub
Kelas : Commelinidae
·
Ordo
: Poales
·
Famili
: (suku rumput-rumputan)
·
Spesies
: Oryza sativa L.
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal,
yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses
pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus
diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering
kali menurunkan produksi.
1. PERSEMAIAN
Membuat
persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian
memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini
akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus
benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang
sehat dan subur dapat tercapai.
Penggunaan benih
·
Benih
unggul
·
Bersertifikat
·
Kebutuhan
benih 25 -30 kg / ha
Persiapan lahan untuk persemaian
·
Tanah
harus subur
·
Cahaya
matahari
·
Pengairan
·
Pengawasan
Pengolahan tanah calon persemaian
·
Persemaian
kering
·
Persemaian
basah
·
Persemaian
sistem dapog
v
Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah,
banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus
dilakukan dengan baik yaitu :
Ø
Tanah
dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar
tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
Ø
Tanah
dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian
basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat
menyerap hara lebih banyak.
Ø
Selanjutnya
tanah digaru
Areal persemaian yang
tanahnya sempit dapat
dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini
bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
Ø
Panjang
bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan
agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
Ø
Lebar
bedengan 100 -150 cm
Ø
Tinggi
bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan
ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
Ø
Penaburan
benih dan pencabutan bibit
Ø
Pemeliharaan
bibit dipersemaian meliputi :
Ø
Penyiangan
Ø
Pengairan
Ø
Pemupukan
Ø
Pemberantasan
hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan
ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian
basah.
v
Persemaian Basah
Perbedaan antara
persemaian kering dan basah
terletak pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal
pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :
·
Air
akan melunakan tanah
·
Air
dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
·
Air
dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi
lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2
kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang
terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian
yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
v
Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem
dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa
Pendowoharjo, Sewon.
Cara
penyemaian dengan sistem dapog :
·
Persiapan
persemaian seperti pada persemaian basah
·
Petak
yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
·
Kemudian
benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap
makanan dari putik lembaga
·
Setiap
hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
·
Air
dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
·
Pada
umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau
tempat penanaman disawah
v
Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan
Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
·
Seleksi
terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang
·
Agar
terjadi proses tisiologis
Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih
yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap
atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis
Lama perendaman benih
direndam
dalam air selama 24 jam, kemudian diperam (sebelumnya ditiriskan atau dietus)
Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut
benih berkecambah.
Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :
·
Benih
telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
·
Benih
tersebar rata
·
Kerapatan
benih harus sama
Pemeliharaan persemaian
v
Pengairan
Pada pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara
mengalirkan air keselokan yang
berada diantara bedengan, agar
terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun
dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air
berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu /
rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor
yang
memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada
pesemaian yang dilakukan secara basah.
Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
·
Bedengan
digenangi air selama 24 jam
·
Setelah
genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan
macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa disebar
Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi
macak- macak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat merata dan mudah
melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
·
Benih
tidak busuk akibat genagan air
·
Memudahkan
benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses
perkecambahan lebih cepat
·
Benih
mendapat sinar matahari secara langsung
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus
diatur sesuai dengan keadaan, misalnya: bila akan terjadi hujan maka bedengan
perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi
pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk
memudahkan pencabutan.
v
Pemupukan
dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah
besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea,
TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat
pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang
benih disebar.
2. PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian
dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang
dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
·
Pembersihan
·
Pencangkulan
·
Pembajakan
·
Penggaruan
3. PENANAMAN
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya
adalah :
·
Persiapan
lahan
·
Umur
bibit
·
Tahap
penanaman
4. PEMELIHARAAN
Meliputi :
·
Penyulaman
dan penyiangan
·
Pengairan
·
Pemupukan
B. Konsep Pendapatan dan Keuntungan
Menurut Hernanto (1994), besarnya
pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari
beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi,
identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam
melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya
sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan
produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga
dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah
(Soekartawi, 1990).
Menurut Gustiyana (2003),
pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan
pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari
penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan
yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani
adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang
dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan
luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan
kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.
1. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani menurut
Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan
kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama
satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil
produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat
pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang
diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses
produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya
riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada
dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani
tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total
dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan
sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada
proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi berkaitan dengan
penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih
harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai
dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Menurut Hernanto (1994), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani:
·
Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas
tanaman, luas tanaman rata-rata,
·
Tingkat produksi, yang diukur lewat
produktivitas/ha dan indeks pertanaman,
·
Pilihan dan kombinasi,
·
Intensitas perusahaan pertanaman,
·
Efisiensi tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1995), biaya
usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam
usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya
tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung
pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :
π = Y.
Py – Σ Xi.Pxi - BTT
Keterangan :
π = Pendapatan
(Rp)
Y = Hasil
produksi (Kg)
Py = Harga
hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor
produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga
faktor produksi ke-i (Rp)
BTT = Biaya
tetap total (Rp)
Untuk mengetahui usahatani
menguntungkan atau tidak secara ekonomi
dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan
antara
penerimaan dengan biaya (Revenue Cost Ratio).
Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
R/C = PT
/ BT
Keterangan:
R/C = Nisbah penerimaan
dan biaya
PT = Penerimaan
Total (Rp)
BT = Biaya Total
(Rp)
Adapun
kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
·
Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
·
Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian
karena penerimaan lebih kecil dari biaya.
·
Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas
karena penerimaan sama dengan biaya.
2. Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Mosher (1985), tolok ukur
yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah
tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat
pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan
mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan lapangan kerja.
Petani di pedesaan khususnya
petani kecil sangat tergantung dari pendapatan di sektor non pertanian sehingga
kaitan keberhasilan sektor pertanian dan non pertanian di pedesaan menjadi
sangat kental (Soekartawi, 1994). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang
kepala keluarga dan beberapa orang anggotanya. Kepala rumah tangga
adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut,
sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam
satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.
Tingkat pendapatan rumah tangga
merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah
tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal
dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber
pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh
pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.
Hernanto (1994), menyatakan bahwa
terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor
internal seperti unsur tanah, air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga
kerja, modal, dan jumlah tenaga kerja. Selain faktor internal juga
terdapat faktor eksternal, yaitu tersedianya sarana transportasi dan
komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan.
Tingkat pendapatan yang rendah
mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan
mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin
besar pendapatan keluarga petani cenderung lebih berani menanggung
resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup
untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya
investasi dan upaya pemupukan modal.
Menurut Soekirno (1985), terdapat
empat ukuran pendapatan:
·
Pendapatan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan
kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai maupun
bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.
·
Penghasilan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan
usahatani setelah dikurangi dengan bunga modal.
·
Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan yang diperoleh dari
balas jasa dan kerja serta pengelolaan yang dilakukan petani dan
anggotanya yang bertujuan untuk menambah penghasilan rumah tangga.
·
Pendapatan Keluarga
Angka ini diperoleh dengan
menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani bersama
keluarga disamping kegiatan pokoknya.
Sumber pendapatan rumah tangga
digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan non
pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirincikan lagi
menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani, menyewakan lahan dan
bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan
menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa,
buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).
Menurut Soeratno
(1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan
keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari
bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan
terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil
studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah
penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun
mencari nafkah.
Menurut Hernanto (1994),
pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:
·
Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan
usahataninya,
·
Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan,
kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak,
·
Pemeliharaan investasi, dan
·
Investasi dan tabungan.
III. METODE
A. Waktu dan Temapat
Praktikum lapangan Manajemen Usahatani tanaman padi ini dilaksanakan pada hari Kamis,
6 November 2014 pukul 17.00 sampai selesai. Praktikum ini dilakukan di Kubu Dalam Marapalam Padang, Sumatera Barat.
B. Petani
Petani yang di wawancari bernama
Bapak Novri berumur 44 tahun, bapak novri beralamat di Pisang sedangkan lahan
yang di kelola di Kubu Dalam Marapalam. Bapak
Novri tidak hanya bertani tetapi ada kerjaan sampingan yaitu tukang
C. Kuisioner Wawancara
Metoda yang digunakan untuk pengumpulan data dalam praktikum ini
adalah metoda wawancara langsung ke
petani responden yang bersangkutan dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang
telah tertera di kusioner yang sebelumnya telah disiapkan.
IV. HASIL
A. Identitas
Nama : Bapak NOVRI
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Utama :
BERTANI
Pekerjaan Sampingan: Tukang
Alamat : Kubu Dalam Marapalam
Komoditi : Padi
Usahatani : Satu Cabang
B. Teknik Budidaya
1. Pengolahan lahan
Tanah
diolah secara semi modern, karena pengolahannya dilakukan dengan bantuan mesin
bajak, yakni
hand-tractor,namun tetap menggunakan tenaga kerja upahan dengan biaya
Rp 1.000.000. Hal ini bertujuan juga untuk menghemat
tenaga kerja. Selain itu dengan pembajakan ini diharapkan
gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut
kemudian dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang
rata.Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat
merata.
Pengolahan lahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik
tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu
gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik,
lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. (anonima:2008).
2. Persemaian
Persemaian dilakukan sendiri oleh petani
responden tanpa mengguanakan bantuan tenaga kerja. Penyemaian dilakukan 1-2
hari setelah dibajak.Luas lahan penyemaian hanya satu petak sawah.Persemaian
dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan
ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut
dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit
yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati
(Anonima, 2008). Dalam hal ini
petani melakukan penyemaian dengan tenaga kerja dalam keluarga
selama 2 hari oleh 1 orang. Hal ini juga bertujuan untuk menghemat tenaga kerja
3. Penanaman
Penanaman
dilakukan setelah
bibit berumur 20 hari penyemaian oleh 8 orang tenaga kerja luar keluarga dengan upah Rp. 70.000. Jarak
tanam padi 20 x 20 cm.
Bibit ditanam dengan cara
dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut
dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan
tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh
disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.
4. Pengairan
Pengairan
yang dilakukan berupa saluran irigasi. Dimana sumber airnya di diperoleh dari
air sungai yang dialirkan ke beberapa area persawahan disekitar Kubu Dalam, termasuk sawah petani responden
tersebut.Pengairan dibagi berdasarkan beberapa saluran-saluran ke masing-masing
petakan sawah.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 tahap.yaitu 15
hari setelah dibajak dan 15 hari setelah tanam, dengan perbandingan pupuk
1:1:1. Tahap petama Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea sebanyak 50kgdibeli
dengan harga Rp 2.000/kg, pupuk
Poska 50kg dengan harga Rp. 3.000/kg dan pupuk SP36 25kg dengan harga Rp.
1.500/kg. tahap kedua pupuk urea 50kg, Poska 50 kg, dan pupuk SP36 25kg. Pemupukan ini dilakukan sendiri
oleh petani responden. Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
tanaman padi agar dapat tumbuh dengan baik.
6. Penyiangan
Penyiangan
yang dilakukan berupa pemeliharaan dari gulma atau vegetasi-vegetasi yang
mengganggu pertumbuhan tanaman padi dengan cara dibersihkan langsung dengan
cara mekanis yakni dicabut.
7. Pengendalian HPT
Hama yamg
menggangu tanaman padi petani responden adalah hama wereng. Pengendalian
dilakukan dengan cara memnyemprot dengan pestisida Penyemprotan mengeluarkan
dana sebesar Rp. 500.000
8. Panen
Padi sudah
bisa dipanen pada umur 3 ½ bulan dari masa tanam.Ciri-ciri tanaman yang sudah
layak untuk dipanen adalah padi sudah menguning secara keseluruham, sudah
berisi dan merunduk.Pemanenan masih dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan sabit biasa.Pemanenan dilakukan oleh 10 orang tenaga kerja dengan
upah Rp 100.000 per hari.
9. Pasca panen
Padi yang
sudah dipanen kemudian dipasarkan seluruhnya. Satu kali panen untuk lahan 0.5
Ha Bapak Novri menghasilkan 40 karung padi atau 2.000kg padi untuk dijual. Padi
dipasarkan melalui tengkulak.Pada masa panen biasanya banyak tengkulak yang
datang ke lahan langsung untuk mengambil hasil panen.
C. FAKTOR PRODUKSI
·
Faktor produksi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan oleh
petani responden adalah tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang dibayar dengan
tarif tertentu untuk membajak tanah (mengolah tanah), penanaman dan pemanenan.
·
Faktor produksi Modal
Adapun modal yang digunakan
petani selama berusahatani adalah modal sendiri. Sarana produksi seperti bibi,
pupuk, dan pestisida dibeli oleh petani. Hand tractor disewa petani sekaligus
dengan tenaga kerjanya.
·
Faktor produksi Manajemen
Dari aspek manajemen, disini
petani responden merangkap menjadi petani penyakap dan manajer sekaligus. Beberapa
kegiatan budidaya dilakukan sendiri oleh petani, yakni penyemaian, pemupukan
dan penyiangan. Sedangkan aktivitas petani sebagai mananjer adalah petani
responden langsung lah yang menentukan apa yang akan diproduksi, bagaimana cara
memanfaatkan lahan semaksimal mungkin, menentukan apa saja dan berapa input
yang dibutuhkan selama dalam berusahatani, membayar upah tenaga kerja, dan
menetukan pemasaran hasil.
D. Perhitungan Pendapatan dan Keuntungan
NO
|
Uraian
|
Padi
|
1.
|
Produksi rata-rata (kg)
|
40 karung @ 50 kg= 2.000 kg/ 0,5 ha
|
2.
|
Harga (Rp)
|
Rp 5000/kg
|
3.
|
Penerimaan (Rp)
|
Rp 5000 x 2.000 kg = Rp 10.000.000
|
4.
|
Biaya yang dibayarkan
Sarana
produksi:
·
Benih/bibit
·
Pupuk
anorganik
-
Urea
-
Poska
-
SP36
·
Pestisida
·
Pupuk
kandang
Biaya
Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)
·
Penanaman
Pajak
Sewa
traktor
Sewa
gudang
Biaya
angkut
Biaya
angkat
Biaya
beli karung
|
15 kg/0,5 ha x Rp 5.000 = Rp 75.000
100 kg x Rp 2.000= Rp 200.000
100 kg x Rp 3.000 = Rp 300.000
50 kg x Rp 1.500 = Rp 75.000
Rp 500.000
Rp 0
8 orang x Rp 70.000 = Rp 560.000
Rp 56.000/tahun : 3 = Rp 14.000
Rp 1.000.000
Rp 0
Rp 0
Rp 0
Rp 5.000/karung x 40 karung = Rp 200.000
|
Total biaya yang dibayarkan
|
Rp 2.924.000
|
|
5.
|
Biaya yang diperhitungkan
Biaya
TKDK
·
Penyemaian
·
Pemupukan
·
Penyiangan
·
pengendalian
HPT
·
panen
bunga
modal 4%
sewa
lahan
penyusutan
alat
biaya
pasca panen
|
1 Lk x Rp 100.000= Rp 100.000
½ hari x 100.000 = Rp 50.000
1 Lk x Rp 100.000 = Rp 100.000
½ hari x 100.000 = Rp 50.000
10 Lk x Rp 100.000 = Rp 1.000.000
Rp 190.000
Rp 1.500.000
Rp 0
Rp 0
|
Total biaya yang diperhitungkan
|
Rp 4.265.000
|
|
6.
|
Total biaya (Rp)
|
Rp 7.189.000
|
7.
|
Pendapatan (Rp)
|
Rp 7.076.000
|
8.
|
Keuntungan (Rp)
|
Rp 2.811.000
|
Pendapatan =
total penerimaan – total biaya dibayarkan
= Rp.
10.000.000 – Rp. 2.924.000
= Rp 7.076.000
Keuntungan =
total penerimaan – total biaya
= Rp.
10.000.000 – Rp.7.189.000
= Rp 2.811.000
Dari analis biaya di atas, dapat
diketahui bahwasanya usahatani Bapak Novri mendapatkan untung, karena
Penerimaan > total biaya à untung.
Kriteria
|
Nilai
|
Penerimaan >
biaya
|
Beruntung
|
Penerimaan =
biaya
|
Pulang pokok
|
Penerimaan <
biaya
|
rugi
|
Analisis R/C = PT /
BT
= Rp
10.000.000 / Rp. 7.189.000
= 1,39
Kriteria R/C
|
Nilai
|
> 1
|
Beruntung
|
= 1
|
impas
|
<1
|
rugi
|
Dari
analisa imbangan penerimaan dan biaya (cost and return ratio), usahatani Bapak
Novri memberikan keuntungan, karena R/C > 1 à untung
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik budidaya padi sawahyang dilakukan oleh petani responden telah sesuai dengan teori yang ada.
Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan petani yang tamat SMA dan pengalaman berusahatani juga sudah lebih
dari 15 tahun. Sesuai teori,
Bertambah tinggi pendidikan petani maka akan bertambah cepat majunya
usahataninya, dimana semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah menerima
dan mencari dan mempelajari pembaruan dan teknologi yang lebih baik sehingga
usahatani akan lebih cepat berkembang. Dan juga maka tinggi pengalaman berusahatani
maka akan lebih cepat majunya petani tersebut.
Analisis usahatani padimenunjukkan
bahwa pendapatan dan keuntungan yang didapat juga besar. Hal ini dapat dilihat dari analisis R/C yang bernilai 1,39 yang menyatakan bahwa usahatani padi yang dilakukan oleh petani tersebut
menguntungkan. Karena batas R/C yang
menguntungkan adalah >1.
B. Saran
Semoga laporan praktikum yang
dibuat ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk
pembaca. Diharapkan laporan praktikum ini yang merupakan salah satu tugas dalam
kuliah Manajemen Usahatani
nantinya dapat diberikan masukan ataupun kritik dari dosen pembimbing.
Dikarenakan laporan praktikum ini
mengenai petani responden di Kubu
Dalam, maka usahatani padi
cocok untuk diterapkan dan
dilanjutkan karena dari analisis yang dilakukan, usahatani padi ini dapat
memberi pendapatan dan keuntungan yang besar bagi petani.